Kerendahan Derajat Perempuan
![]() |
foto: filesentani.blogspot.com |
Dalam banyak lini
kehidupan posisi antara perempuan dan laki-laki selalu menjadi perdebatan. Dalam
institusi keluarga perempuan selalu menjadi subordinat. Belum lagi pandangan
bahwa perempuan lebih rendah daripada laki-laki hingga tak pantas untuk
berkedudukan setara. Wajar jika kemudian muncul keinginan perempuan agar
setara. Namun pertanyaannya dari mana pandangan hidup tersebut muncul?
Bila ingin
menelisik sebuah sudut pandang, maka salah satu sumber selain adat, disiplin
ilmu, adalah kitab suci. Injil dalam hal ini memposisikan perempuan sangat
jelas, yaitu sebagai sumber dari semua dosa manusia dikarenakan bujuk rayu ular
mampu membujuk perempuan (hawa) sewaktu di surga untuk memakan buah yang
terlarang (kejadian 3 1-7) hingga menyebabkan manusia dikeluarkan dari surga
dan diturunkan ke bumi. Dari sini pula istilah dosa turunan muncul.
Dari kejadian
tersebut Tuhan dengan keras mengutuk perempuan (hawa), "Aku akan menambah
kesakitanmu selagi engkau hamil dan pada waktu engkau melahirkan. Tetapi
meskipun demikian, engkau masih tetap berahi kepada suamimu, namun engkau akan
tunduk kepadanya." (kejadian 3 16)
Namun Tuhan lebih
menegaskan lagi bujuk rayu perempuan yang menyesatkan, -Lalu kata TUHAN kepada
laki-laki itu, "Engkau mendengarkan kata-kata istrimu lalu makan buah yang
telah Kularang engkau makan.” (kejadian 3 17) dari ayat ini kemudian muncul
anggapan bahwa sebenarnya pria (adam) tidaklah bersalah, hanya saja perempuan
(hawa) yang mudah tergoda. Seandainya perempuan tersebut tidak tergoda maka
akan kekal di surga. Akibatnya perempuan dijatuhi stigma penyebab dosa yang diwariskan
kepada seluruh manusia. Yang selanjutnya ditebus oleh Jesus sebagai juru
selamat.
Belum lagi
bagaimana anak perempuan yang membuat mabuk ayahnya (Lot) sendiri agar mau
tidur dengan dirinya yang tertulis di kitab kejadian pasal 19 ayat 32 yang menyatakan
“Mari, kita buat ayah mabuk, lalu kita tidur dengan dia supaya kita mendapat
anak." Oleh sebab itu stigma bahwa derajat perempuan rendah, hina karena
penggoda dan penyebab dosa muncul.
Kerendahan Derajat Perempuan
Posted by Dastan
No comments
![]() |
foto: filesentani.blogspot.com |
Dalam banyak lini
kehidupan posisi antara perempuan dan laki-laki selalu menjadi perdebatan. Dalam
institusi keluarga perempuan selalu menjadi subordinat. Belum lagi pandangan
bahwa perempuan lebih rendah daripada laki-laki hingga tak pantas untuk
berkedudukan setara. Wajar jika kemudian muncul keinginan perempuan agar
setara. Namun pertanyaannya dari mana pandangan hidup tersebut muncul?
Bila ingin
menelisik sebuah sudut pandang, maka salah satu sumber selain adat, disiplin
ilmu, adalah kitab suci. Injil dalam hal ini memposisikan perempuan sangat
jelas, yaitu sebagai sumber dari semua dosa manusia dikarenakan bujuk rayu ular
mampu membujuk perempuan (hawa) sewaktu di surga untuk memakan buah yang
terlarang (kejadian 3 1-7) hingga menyebabkan manusia dikeluarkan dari surga
dan diturunkan ke bumi. Dari sini pula istilah dosa turunan muncul.
Dari kejadian
tersebut Tuhan dengan keras mengutuk perempuan (hawa), "Aku akan menambah
kesakitanmu selagi engkau hamil dan pada waktu engkau melahirkan. Tetapi
meskipun demikian, engkau masih tetap berahi kepada suamimu, namun engkau akan
tunduk kepadanya." (kejadian 3 16)
Namun Tuhan lebih
menegaskan lagi bujuk rayu perempuan yang menyesatkan, -Lalu kata TUHAN kepada
laki-laki itu, "Engkau mendengarkan kata-kata istrimu lalu makan buah yang
telah Kularang engkau makan.” (kejadian 3 17) dari ayat ini kemudian muncul
anggapan bahwa sebenarnya pria (adam) tidaklah bersalah, hanya saja perempuan
(hawa) yang mudah tergoda. Seandainya perempuan tersebut tidak tergoda maka
akan kekal di surga. Akibatnya perempuan dijatuhi stigma penyebab dosa yang diwariskan
kepada seluruh manusia. Yang selanjutnya ditebus oleh Jesus sebagai juru
selamat.
Belum lagi
bagaimana anak perempuan yang membuat mabuk ayahnya (Lot) sendiri agar mau
tidur dengan dirinya yang tertulis di kitab kejadian pasal 19 ayat 32 yang menyatakan
“Mari, kita buat ayah mabuk, lalu kita tidur dengan dia supaya kita mendapat
anak." Oleh sebab itu stigma bahwa derajat perempuan rendah, hina karena
penggoda dan penyebab dosa muncul.